MAKALAH CANDIDIASIS
MAKALAH CANDIDIASIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Candidiasis”
Penulisan makalah adalah
merupakan salah satu tugas terstruktur dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Mikrobiologi.
Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
- Bapak Jonathan Kurniawan Gulo serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di Universita Panca Bhakti Pontianak.
- Rekan-rekan Angkatan IV Akademi Kebidanan Universitas Panca Bhakti Pontianak.
- Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
- Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga
Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.
Pontianak,
Juli 20011
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR______________________________________________________
i
DAFTAR ISI ____________________________________________________________
ii
DAFTAR GAMBAR ______________________________________________________
iii
BAB I PENDAHULUAN________________________________________________ 1
BAB II TINJAUAN UMUM KANDIDIASIS __________________________________ 2
BAB III GAMBARAN KLINIS_____________________________________________ 5
BAB IV DIAGNOSIS ___________________________________________________ 8
BAB V TERAPI _______________________________________________________
10
BAB VI KESIMPULAN
DAN SARAN ____________________________________
12
DAFTAR PUSTAKA______________________________________________________
13
DAFTAR
GAMBAR
Gambar :
01. Struktur Kandida Albikans _______________________________ 2
02. Skema terjadinya kandidiasis pada
penderita
Serostomia_______________________________________________ 4
03. Gambaran Klinis : _____________________________________ 6
a. Trush
b. Kronis
hiperplastik
c. 1 Denture
Stomatitis Tipe I
2 Denture
Stomatits tipe II
3 Denture
stomatitis Tipe III
d. Angular
Cheilitis
04. Skema pemeriksaan laboratorium
untuk
diagnosis kandidiasis_______________________________________ 9
BAB I
Pendahuluan
Kandidiasis adalah suatu infeksi
jamur yang disebabkan oleh candida. kandida merupakan mikroflora normal pada
rongga mulut, mikroorganisme ini
mencapai 40 – 60 % dari populasi (Silverman S,
2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi
tertentu atau pada orang–orang yang mempunyai penyakit – penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya,
sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002).
Pada rongga mulut kandida albikans
merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat
ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman
S, 2001).
Pada keadaan akut kandidiasis dapat
menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit
biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia
( Greenberg M. S. , 2003 ).
Pada umumnya infeksi tersebut dapat
di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau
sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit– penyakit yang
menyertainya. (Silverman S, 2001).
Pada makalah ini akan diuraikan lebih
lanjut mengenai gambaran klinis berbagai kandidiasis rongga mulut dan
terapinya.
BAB II
Tinjauan Umum Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu penyakit
infeksi pada kulit dan mukosa yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida
adalah suatu spesies yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan merupakan
flora normal. Telah dilaporkan spesies kandida mencapai 40 – 60 % dari seluruh
populasi mikroorganisme rongga mulut (Silverman,2001). Terdapat lima spesies kandida yaitu
k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari
kelima spesies kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum
menyebabakan infefksi di rongga mulut.(Nolte,1982)
Struktur k. albikans terdiri dari
dinding sel, sitoplasma nukleus, membran golgi dan endoplasmic retikuler.
Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk oleh mannoprotein, gulkan,
glukan chitin. (Farlane M, 2002). K. albikans dapat tumbuh pada media yang
mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan
ammonium atau nitrat, kadang – kadang memerlukan biotin. Pertumbuhan jamur
ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen
filamen hyfa/pseudohyfa (sel ragi yang memanjang) dan suatu masa filamen hyfa
disebut mycelium. Spesies ini tumbuh pada temperatur 20 – 40 derajat Celsius. (
Mc Farlane 2002).
Gambar 01
Struktur Kandida. Albikans
Terjadinya Kandidiasis di pengaruhi
oleh beberapa faktor terutama pengguna protesa, serostomia (sjogren syndrome),
penggunaan radio therapy, obat – obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam
darah (diabetes), penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit keganasan
(neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi, penyakit kelainan darah, dan
Penderita Immuno supresi (AIDS). (Silverman S, 2001).
Penggunaan protesa menyebabkan
kurangnya pembersihan oleh saliva dan pengelupasan epitel, hal ini
mengakibatkan perubahan pada mukosa. Pada penderita serostomia, penderita yang
di obati oleh radio aktif, dan yang menggunakan obat – obatan sitotoksis mempunyai
mekanisme pembersihan dan di hubungkan dengan pertahanan host menurun, hal ini mengakibatkan
mukositis dan glositis.
Penggunaan antibiotik dan
kortikosteroid akan menghambat pertumbuhan bakteri komensal sehingga
mengakibatkan pertumbuhan kandida yang lebih banyak.dan menurunkan daya tahan
tubuh,karena kortikosteroid mengakibatkan penekanan sel mediated immune.
(Jainkittivong, 2007).
Pada penderita yang mengalami
kelainan darah atau adanya pertumbuhan jaringan (keganasan), sistem
fagositosinya menurun, karena fungsi netrofil dan makrofag megalami kerusakan. }
Bahan – bahan polimerik ekstra
selular (mannoprotein) yang menutupi permukaan kandida albikans merupakan
komponen penting untuk perlekatan ada mukosa mulut. Kandida albikans
menghasilkan proteinnase yang dapat mengdegradasi protein saliva termasuk
sekretori imunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis
terhadap sel host. Batas – batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3.0/3.5 – pH
6.0. Dan mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan di
hasilkan pada pH 3.5 – 6.0. Enzim ini menghancurkan membran sel selanjutnya
akan terjadi invasi jamur tersebut pada jaringan host. Hifa mampu tumbuh meluas
pada permukaan sel host. (Mc Farlane 2002)
BAB III
Gambaran Klinis
Secara klinis kandidiasis dapat
menimbulkan penampilan yang berbeda, pada umumnya berupa lesi – lesi putih atau
area eritema difus (Silverman S, 2001).
Penderita kandidiasis akan merasakan
gejala seperti rasa terbakar dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis
dapat diklasifikasikan menjadi lima
tipe yaitu akut pseudomembran kandidiasis (thrush), kronis hiperplastik kandidiasis,
kronis atrofik kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan
angular sheilitis (Nolte,1982).
Thrush mempunyai ciri khas dimana
gambarannya berupa plak putih kekuning – kuningan pada permukaan mukosa rongga
mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan
yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi
netrofil, dan sel – sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa.
(Greenberg M. S., 2003). Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi,
pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke
lapisan basal. (Mc Farlane 2002).
Kronis hiperplastik kandidiasis
disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak
dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.
(Greenberg.2003). Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan
yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi,
sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis leukoplakia
sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah.
Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai
nama lain yaitu denture stomatitis dan denture sore mouth. Faktor predisposisi
terjadinya kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan
invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut
menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi berkurangnya pelikel
saliva.
Secara klinis kronis atrofik
kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga type yaitu inflamasi ringan yang
terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat
pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau
seluruh permukaan palatum tersebut (15% - 65%) dan hiperplasi papilar atau
disebut juga tipe granular.(Greenberg 2003).
Akut atrofik kandidiasis, disebut
juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan
kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang.
Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau
sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia
defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
Angular cheilitis, disebut juga
perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu
faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena
terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat
pecah - pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).
BAB IV
Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis
kandidiasis harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis, disamping pemeriksaan
klinis dan mengetahui riwayat penyakit.
Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa
cara yaitu usapan (swab) atau kerokan (scraping) lesi pada mukosa atau kulit.
Juga dapat digunakan darah, sputum dan urine.(Nolte, 1982). Selanjutnya bahan pemeriksaan
tersebut diletakkan pada gelas objek dalam larutan potassium hydroksida (KOH),
hasilnya akan terlihat pseudohyphae yang tidak beraturan atau blastospora. Selain
pemeriksaan mikroskopis.dapat dilakukan kultur dengan menggunakan agar
sabouraud`s atau eosinmethylene blue pada suhu 37 % C, hasilnya akan terbentuk
koloni dalam waktu 24 – 48 jam.(Nolte ,1982,Mc Farlen, 2002).
Pada kasus hyperplastik kandidiasis
kronis pada umumnya dilakukan biopsi bahan pemeriksaan dapat diwarnai dengan
periodic acid schiff (P.A.S),hasilnya akan terlihat pseudomyselia dan hifa.
(Silverman 2001, Mc Farlen, 2002). Disamping itu akan terlihat parakeratosis
dan leukosit polimorfonuklear. (Mc C ullough, 2005).
Terapi
Kandidiasis pada rongga mulut umumnya
ditanggulangi dengan menggunakan obat antijamur,dengan memperhatikan factor
predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,hal tersebut berpengaruh
terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.(Mc Cullough 2005,Silverman
2001)
Obat-obat antijamur diklasifikasikan menjadi beberapa
golongan yaitu: (Tripathi M.D 2001)
1. Antibiotik
a. Polyenes :amfotericin B, Nystatin,
Hamycin, Nalamycin
b. Heterocyclicbenzofuran :
griseofulvin
2. Antimetabolite: Flucytosine (5 –Fe)
3. Azoles
a. Imidazole
(topical): clotrimazol, Econazol, miconazol (sistemik) : ketokonazole
b. Triazoles
(sistemik) : Flukonazole, Itrakonazole
4. Allylamine Terbinafine
5. Antijamur lainnya : tolnaftate, benzoic acid,
sodiumtiosulfat.
Dari beberapa golongan antijamur
tersebut diatas, yang efektif untuk kasuskasus pada rongga mulut, sering
digunakan antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole,
ketokonazole, itrakonazole dan flukonazole. (Mc cullough, 2005).
Amfoterisin B dihasilkan oleh
Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak
membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan
nefrositik. Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat digunakan sebanyak 4 kali
/hari.
Nystatin dihasilkan oleh streptomyces
noursei,mekanisme kerja obat ini dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi
perubahan permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000 U /
5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus denture stomatitis.
Miconazole mekanisme kerjanya dengan
cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase
sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak
normalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4
kali /hari setengah\ sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan
dahulu sebelum ditelan.
Clotrimazole, mekanisme kerja sama
dengan miconazole, bentuk sediaannya berupa troche 10 mg, sehari 3 – 4 kali.
Ketokonazole (ktz) adalah antijamur
broad spectrum.Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat cytochrome P450 sel
jamur, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel, Obat ini
dimetabolisme di hepar.Efek sampingnya berupa mual / muntah, sakit
kepala,parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet 200mg Dosis satu kali
/hari dikonsumsi pada waktu makan.
Itrakonazole, efektif untuk
pengobatan kandidiasis penderita immunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet
,dosis 200mg/hari. selama 3 hari.,bentuk suspensi (100-200 mg) / hari,selama 2
minggu. (Greenberg, 2003)
Efek samping obat berupa gatal-gatal,pusing,
sakit kepala, sakit di bagian perut (abdomen),dan hypokalemi
Flukonazole, dapat digunakan pada
seluruh penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosupresiv Efek
samping mual,sakit di bagian perut, sakit kepala,eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya
dengan cara mempengaruhi Cytochrome P 450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan
membran sel . Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk
capsul 50,mg,100mg, 150mg dam 200mg Single dose dan intra vena. Kontra indikasi
pada wanita hamil dan menyusui.
BAB
IV
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
:
Kandidiasis rongga mulut secara
klinis dapat ditemukan lima
tipe, dengan gambaran klinis yang berbeda – beda, dapat menimbulkan gejala
sakit atau tidak. Pada umumnya timbul akibat adanya beberapa faktor
predisposisi atau pada kondisi tertentu. Obat yang digunakan berupa anti jamur
topikal atau disertai anti jamur sistemik.
Saran :
1. Sebagai bidan hendaknya mengetahui infeksi
jamur khususnya kandidiasis, karena infeksi ini paling sering terjadi dirongga
mulut.
2. Dalam penata laksanaanya / pengobatan harus
memperhatikan faktor predisposisi untuk keberhasilan pengobatan tersebut.
Daftar
Pustaka
Greenberg. M.S et al,2003 Burket’s
Oral Medicine, 10 ed, , Bc
Decker Inc, Hamilton Ontario, h. 94-8
Jainkittivong, et al. 2007, Candidiasis
in OLP patiens undergoing topical steroid therapy, Triple O, 104: 61-66
Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Autralia Dent. J.
Medication Suplement, 50;4
Mc Farlane et al ,2002 Essential
of Microbiologi for dental student,Oxfort , New york,
h. 287
Nolte. A.W.,1982. Oral
Microbiologi,4 ed, The C.V Mosby
co,St Louis, Toronto, London h. 523- 32
Pinborg,J.J. ,1994 , Atlas Penyakit Mukosa mulut,
Edisi ke 4.Diterjemahkan oleh drg Kartika Wangsaraharja , Bina rupa Aksara hal.
56-58
Silverman. S Jr at al, 2001, Essential
of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton,
London, h. 170
– 177
Silverman .S. Jr. 1996, Color
Atlas of Oral Manifestations of aids ,2ed,
The C.V Mosby , St Louis, Boston Baltimore, h. 18,28
Tripathi.K.D. ,2001, Essential
of Medical Pharmacologi, Jaypee
Brothers, h771-2, 775 –8.
good
BalasHapus